WAWASAN NASIONAL DAN PAHAM KEKUASAAN
Wawasan Nasional
Suatu
bangsa dan negara akan terikat apabila ada pemahaman yang mendalam tentang
perbedaan dalam negara atau bangsa itu sebagai anugrah yang pada akhirnya akan
memperkaya khasana budya negara atau bangsa tersebut. Pengaruh itu timbul dari
hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, ideologi, aspirasi serta
cita-cita dan kondisi sosial masyarakat, budaya, tradisi, keadaan alam, wilayah
serta pengalaman sejarahnya.
Pemerintah
dan rakyat memerlukan suatu konsep berupa wawasan nasional untuk
menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksud untuk menjamin kelangsungan
hidup, keutuhan wilayah serta jati diri bangsa. Kata “wawasan” itu sendiri
berasal dari kata “wawas” (bahasa jawa) yang artinya melihat atau memandang.
Dalam
mewujudkan aspirasi dari perjuangan, satu bangsa perlu memperhatikan tiga
faktor utama, yaitu :
2.
Jiwa, tekad dan semangat manusia atau
kerakyatannya
3.
Lingkungan sekitar
Paham kekuasaan
Paham
kekuasaan yang kita kenal selama ini memberikan suatu impuls untuk menciptakan
suatu formula pengaturan kenegaraan yang sejatinya membutuhkan koreksi
diberbagai isi.
1.
Paham Machiavelli
Paham
ini memandang harus adanya suatu kekuatan politik yang besar guna mempertahankan
kebudayaan suatu negara. Ada beberapa cara untuk memelihara stabilitas politik,
yaitu :
· Pengahalang segala cara untuk mempertahankan dan
merebut kekuasaan
· Menjaga eksistensi kekuasaan rezim, termasuk
membenarkan politik Devide Et Impera
· Pertahanan politik
dengan adu kekuatan siapa yang kuat dia yang bertahan dan sebaliknya siapa yang
lemah dia yang tersingkir
2.
Paham Kaisar Napoleon Bonaparte
Merupakan
penganut paham Machiavelli, dia menambahkan bahwasanya untuk mempertahankan
suatu negara diperlukan dukungan penuh dari kondisi sosial budaya yang berupa
penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu melahirkan
kondisi pertahanan dan keamanan yang solid. Napoleon menegaskan bahwa kekuatan
politik harus didukung oleh kekuatan ekonomi (ingat bahwa krisis moneter dan
ujungnya menjadi krisis ekonomi)
3. Paham Jenderal Clausewitz
Pandangan
ini adalah suatu dasar dari perang dunia I, dimana perang dianggap sebagai
suatu hal yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan dan pencapaian tujuan
nasional suatu negara. Paham ini pula yang melegtimasi usaha ekspansi Rusia
dalam memperluas kekuasaanya. Clausewitz seorang tentara tidak heran bahwa
dalilnya tidak lepas dari perang, adapun dalilnya bahwa perang adalah
kelanjutan politik dengan cara lain. Clausewitz menghalalkan perang untuk
mencapai tujuan politik
4.
Paham Fuerbach dan Hegel
Paham
ini melahirkan paham liberalisme
5.
Paham Lenin
Melahirkan
komunisme yang berpangkal dari kelompok atau komunal yang mementingkan kelompok
atau negara sebaliknya. Paham liberalisme lahir dari individualisme dimana
negara tidak boleh mencampuri urusan pribadi atau warga.
6.
Paham Lucien dan Sidney
Karena
politik dianggap kotor oleh mereka, maka kedua tokoh tersebut menghendaki agar
berpolitik itu harus santun dalam artian politik berbudaya.
KEPEDULIAN
MAHASISWA DALAM RANGKA BAKTI SOSIAL (BAKSOS)
Bakti
sosial atau lebih dikenal sebagai baksos merupakan salah satu kegiatan wujud
dari rasa kemanusiaan antara sesama manusia. Bakti Sosial merupakan suatu
kegiatan dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan
kekerabatan kita. Bakti sosial diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Bakti
sosial antar warga yang dilakukan oleh mahasiswa adalah untuk mewujudkan rasa
cinta kasih, rasa saling menolong, rasa saling peduli mahasiswa kepada
masyarakat luas yang sedang membutuhkan uluran tangan mereka.
Tujuan Baksos
· Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan sebagai sarana aktualisasi diri mahasiswa untuk membantu sesama.
Sebagai
sesama umat Tuhan YME, seharusnya kita saling membantu dengan sesama. Jika kita
punya waktu dan bahan sebagai objek yang bisa kita berikan maka sebaiknya kita
berikan hal itu untuk membantu mereka yang membutuhkan. Disamping itu semua
kita bisa menggali rasa peduli kita dengan sesama.
· Memberi motivasi kepada masyarakat tentang
pentingnya kesadaran dalam meningkatkan wawasan.
Dengan
kita memberikan bakti sosial berupa ilmu ataupun wawasan yang penting bagi kehidupan
sehari – hari (misal pengetahuan mengenai aids) maka itu bisa memberikan ilmu /
suatu yang penting bagi mereka. Dan itu mengupgrade wawasan pengetahuan mereka.
Dengan begitu mereka akan sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan.
· Mempererat hubungan kekeluargaan antara
mahasiswa dengan masyarakat.
Dengan
kita berinteraksi dengan masyarakat (misal dalam kegiatan bakti sosial ) maka
kita bisa saling kenal dan lebih akrab dengan mereka. Sehingga bisa menumbuhkan
rasa kekeluargaan dengan masyarakat. Kita secara tidak langsung sebenarnya
membutuhkan rasa kekeluargaan dengan masyarakat, karena kita hidup berdampingan
dengan masyarakat luas dan kita pasti membutuhkan pertolongan mereka sewaktu –
waktu.
Bakti
sosial merupakan suatu bentuk kepedulian kepada pihak sosial atau masyarakat
terutama golongan yang berhak untuk menerimanya. Kegiatan bakti sosial bisa
dalam bentuk pemberian bantuan seperti sembilan bahan pokok, donor darah dan
pengobatan gratis, dll. Sebagai mahasiswa kita semua tahu tentang tridharma
mahasiswa yang salah satunya merupakan pengabdian masyarakat. Bagi mahasiswa,
ada beberapa kegiatan yang merupakan bukti bakti sosial kepada masyarakat,
misalnya :
· Kegiatan bersih-bersih (gotong-royong) di lingkungan
masyarakat sekitar lingkungan kampus.
· Kegiatan memungut dana untuk membantu korban
bencana alam
· Kegiatan donor darah untuk menyelamatkan nyawa
seseorang
· Kegiatan pengobatan gratis bagi masyarakat
· Kegiatan sosialisasi tentang bahaya nya
Narkotika dan Obat-obatan (Narkoba)
· Kegiatan sosialisasi untuk pergi berkunjung ke
wilayah yang rawan akan penyakit
· Kegiatan sosialisasi untuk memberikan bantuan
kepada korban yang di landa bencana
· Dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar